Subscribe:

Sabtu, 14 April 2012

Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pengertian
Menurut Cook dan Fontaine (1987) perubahan persepsi sensori; halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghidupan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Menurut Rowlin, halusinasi adalah persepsi terhadap stimulus internal tanpa adanya stimulus eksternal.


PROSES TERJADINYA HALUSINASI
Halusinasi berkembang melalui empat fase yaitu :
1.   Fase Pertama
Klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, kesepian yang meuncak dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cara ini hanya menolong sementara.
2.   Fase Kedua
Kecemasan meningkat, melamun dan berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
3.   Fase Ketiga
Bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap halusinasinya.
4.   Fase Keempat
Halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah dan memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain dilingkungan.
  
TANDA-TANDA HALUSINASI:
Menarik diri, tersenyum sendiri, duduk terpaku, bicara sendiri, memandang satu arah, menyerang, tiba-tiba marah, gelisah.

JENIS HALUSINASI
1.   Halusinasi dengar
Mendengar suara membicarakan, mengejek, mentertawakan, mengancam tetapi tidak ada sumber disekitar.
2.   Halusinasi lihat
Melihat pemandangan, orang, binatang atau sesuatu yang tidak ada tetapiu klien yakin ada.
3.   Halusinasi penciuman
Mengatakan mencium bau bunga, kemenyan dan lain-lain yang tidak dirasakan oleh orang lain dan tidak ada sumber.
4.   Halusinasi Kecap
Merasa mengecap sesuatu rasa dimulut, tetapi tidak ada.
5.   Halusinasi Raba
Merasa ada binatang merayap pada kulit tetapi tidak ada.

PERAN SERTA KELUARGA DALAM MERAWAT HALUSINASI :
1.   Bantu Mengenal Halusinasi
a.    Bina saling percaya
b.    Diskusikan kapan muncul situasi yang menyebabkan (jika sendiri), isi dan frekwensi
2.   Meningkatkan Kontak Dengan Realita
a.    Bicara tentang topik yang nyata tidak mengikuti halusinasi
b.    Bicara dengan klien secara sering dan singkat
c.    Buat jadwal kegiatan sehari-hari untuk menghindari kesendirian
d.   Ajak bicara jika tampak klien sedang berhalusinasi
e.    Diskusikan hasil observasi anda
3.   Bantu Menurunkan Kecemasan dan Ketakutan
a.    Temani, cegah isolasi dan menarik diri
b.    Terima halusinasi klien tanpa mendukung dan menyalahkan. Misalnya: “Saya percaya anda mendengar tetapi saya sendiri tidak dengar”
c.    Beri kesempatan untuk mengungkapkan
d.   Tetap hangat, empati, kalem dan lemah lembut
4.   Mencegah Klien Melukai Diri Sendiri dan Orang Lain
a.    Lakukan perlindungan
b.    Kontak yang sering secara personal
5.   Tingkatkan Harga diri
a.    Identifikasi kemampuan klien dan beri kegiatan yang sesuai
b.    Beri kesempatan sukses dan beri pujian atas kesuksesan klien
c.    Dorong berespon pada situasi nyata

0 komentar:

Posting Komentar